Pengembangan Kaligrafi untuk Optimalisasi Peranan Bahasa, Sastra dan Budaya Arab

Oleh: Amri Yahya
Artikel di Jurnal Humaniora Volume XIII, No. 2/2001

Abstrak:
Salah satu gejala penting sepanjang sejarah persebaran kebudayaan Arab di seluruh permukaan bumi ialah pemunculan kaligrafi Arab yang sangat kuat dalam lingkungan kebudayaan bumiputera. Hal ini dapat ditemukan pada berbagai wilayah, dengan berbagai versi, dan dengan aneka cara penerapan. Gejala kaligrafi tersebut —bersamaan dengan unsur-unsur lain peradaban— menghantarkan kebudayaan Arab menjadi suatu yang tidak asing bagi masyarakat setempat (Bukchardt, 1976: 40). Di Indonesia, gejala itu telah muncul sejak masa yang sangat awal dan selanjutnya terlihat pada hampir setiap objek, baik yang berkaitan langsung dengan keilmuan seperti perangkat tulis baca maupun pada benda dan bangunan yang menunjang peribadatan. Bahkan, kaligrafi telah dijadikan sebagai simbol diri seperti tanda tangan, dan subject matter yang menyertai berbagai ornamen yang terpahat pada batu nisan (Sijelmessi, 1976; Gallop, 1991; Ali, 1994).

Eksistensi kaligrafi yang kuat itu, pada penghujung abad ke-20, diperluas pula dengan kehadirannya dalam khazanah kesenirupaan kontemporer (Dan Soewarjono, 1980:2) sehingga menjadikan unsur kebudayaan Arab yang satu ini memperoleh jalan perkembangan dan masa depan yang baru. Kaligrafi Arab, dalam konteks kesenirupaan telah merebut apresian yang cukup luas sehingga dipelihara, terutama oleh masyarakat pengguna aksara bersangkutan, yang pada umumnya adalah kaum muslimin. Akan tetapi, agar tidak berhenti di tengah jalan, gejala positif ini perlu ditopang oleh dukungan yang melibatkan berbagai pihak secara komprehensif.

0 komentar:


Supported by by deditsabit. Powered by Blogger and Supported by Doocu.Com - Free PDF upload and share