Karya: Abdul Gani | Ukuran: 60x50cm | Harga: Rp. 1.800.000,-
Indonesia wants to cement cultural ties with Pakistan
By Mahtab Bashir
ISLAMABAD: Embassy of the Republic of Indonesia on Thursday organised Indonesian Cultural Exhibition & Skill Development Workshops at National Art Gallery (NAG) in collaboration with the National Vocational & Technical Education Commission (NAVTEC) and Pakistan National Council of the Arts (PNCA).
The exhibition of calligraphy and workshops aimed to enhance cultural relationships between Indonesia and Pakistan to promote skill development in creative industries.
Food and Agriculture Minister Nazar Muhammad Gondal was the chief guest on the occasion, who inaugurated the exhibition. Indonesian Ambassador Ishak Latuconsina and Mrs Butar Latuconsina were also present on the occasion. Diplomatic community, government officials, members of the civil society and students took keen interest in the exhibition.
Batik was one of the prominent features during the event. It is one of the most popular Indonesian arts. It is an ancient textile art of applying dyes to porous surfaces. Batik has been both an art and a craft for centuries. To present true colours and exquisite expressions of these exclusive Indonesian rich art forms, the embassy invited highly professional and renowned Batik masters and calligraphers from Indonesia.
Batik Exhibition, Batik painting, Batik art demonstration on cloth and wood, and Calligraphy exhibition and workshops of Indonesian and Pakistani artists featured the three-day long mega colourful event.
The participants for Batik and calligraphy workshops were selected by NAVTEC from different universities, colleges and fine arts institutions. The exhibition and the workshops also provided a unique opportunity to the participants to learn the centuries-old Indonesian famous arts of Batik making and calligraphy.
Over 150 calligraphy paintings by Indonesia and Pakistani artists were put on display.
The Indonesian calligraphy has its own unique touch, which makes it different from others. Indonesian calligraphies were developed on different surfaces such as canvas, walls and leather.
Food and Agriculture Minister Nazar Muhammad Gondal said this exhibition would help promote cultural exchange between the two counties. “The government is committed to developing skilled programmes and human resources to make vocational workshops successful,” Gondal said.
Indonesian Ambassador Ishak Latuconsina said Indonesia-Pakistan friendship was rooted in shared values, mutual understandings and similarities in culture. “It is important that we should constantly enhance this cultural relationship, which is why we have organised this exhibition,” he said.
He said it was a matter of pleasure that Batik had recently been added to the Representative List of UNESCO’s World Intangible Cultural Heritage by recognising Indonesia as the original rightful owner of this exclusive art form. “Besides, the exhibition also demonstrate the artistic talent of the Pakistani artists, whose beautiful work of calligraphy is on display for your interest,” he said.
NAVTEC Chairman Adnan A Khawaja and Executive Director Athar Tahir said over 100,000 persons had benefited from different skilled programme initiated by NAVTEC. “We feel proud to have Indonesia as our partner to enhance and exchange cultural and educational programmes through skill development,” they said.
The exhibition and workshops will continue at NAG till October 17, while in Lahore it will be held at Alhamra Arts Council on October 19-20.
http://www.dailytimes.com.pk/default.asp?page=2009\10\16\story_16-10-2009_pg11_6
Indonesia, Pakistan To Hold Calligraphy Show
International The News
http://www.thenews.com.pk/daily_detail.asp?id=203180
Wednesday, October 14, 2009
Our correspondent
Islamabad
The Embassy of the Republic of Indonesia in collaboration with the National Vocational and Technical Education Commission (NAVTEC) is holding Indonesia-Pakistan Exhibitions/Skill Development Workshops from October 15-17 in Islamabad and on October 19-20 in Lahore.
Inauguration ceremony of the Indonesia-Pakistan Calligraphy Exhibition and Skill Development Workshop will be held at Pakistan National Council of the Arts (PNCA) in Islamabad on October 15, Thursday.
Major objectives of holding the exhibition and workshops are as under:
i) Promote and enhance the cultural relationship between the two largest Muslim countries, through workshops and exhibitions;
ii) Promote and exchange skill development in creative industries between the two countries and
iii) Encourage tourism between Indonesia and Pakistan.
Details of the activities during the three-day exhibition /workshop include: Batik Exhibition, Batik art demonstration on cloth & wood, Batik workshop and Indonesia-Pakistan joint calligraphy & calligraphic art exhibitions and workshops.
The Indonesia has a rich art and culture heritage, which is intertwined with religion and traditions. In Indonesia, arts forms are not only based on folklore but are also part of the religious ceremonies and activities.
Batik is one of the most popular arts. It is an ancient textile art of applying dyes to porous surfaces. Batik has been both an art and a craft for centuries. This art has been developed with such a skill that its beauty has not faded away with the passing time and it is still popular among the people today.
The Indonesian art of calligraphy has also its own unique touch, which makes it different from the art of other Islamic countries. Indonesian calligraphy has been developed on different surfaces such as canvas, walls and leather along with their styles according to the requirement of the Indonesian society. About fifteen Indonesian calligraphers are participating in the exhibition.
Hendri Suprapto, Batik Master and Didin Sirajuddin & Iham Khoiri, master calligraphers from Indonesia and Ustad Irfan Khan and Ikramul Haq from Pakistan will conduct the workshop. The participants of the Batik/Skill Development Workshops are likely to from universities, training organisations, textile designers and NAVTEC partner institutions.
Ketua Umum PPP Buka Lelang Amal Lukisan Kaligrafi
Laporan Harian Pelita:
Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali menyambut baik kegiatan Indonesia Kaligrafi Expo 2007 dan Lelang Amal Lukisan Kaligrafi, untuk pengumpulan dana di sejumlah daerah yang dilanda bencana alam.
Ketua Umum PPP Buka Lelang Amal Lukisan Kaligrafi Jakarta, Pelita Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali menyambut baik kegiatan Indonesia Kaligrafi Expo 2007 dan Lelang Amal Lukisan Kaligrafi, untuk pengumpulan dana di sejumlah daerah yang dilanda bencana alam. 40 persen dari hasil lelang lukisan kaligrafi ini akan disumbangkan kepada korban gempa Bengkulu, Sumatera Barat dan Situbondo. Kegiatan ini juga sebagai bentuk kepedulian anak bangsa terhadap sesama yang tertimpa bencana, kata Suryadharma Ali di sela-sela buka puasa bersama dalam lelang amal, di Mall Artha Gading Jakarta Senin, (1/10). Menurut Suryadharma, kegiatan ini menjadi penting sebagai media syiar Islam, sekaligus instrument penggalangan dana sosial. Satu hal yang perlu diapresiasi bahwa seni lukis kaligrafi merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban dunia, ujar Surya yang juga Meneg Koperasi dan UKM itu. Sesuai dengan tujuan penyelenggaraan kegiatan ini, ujar Surya, hendaknya karya lukisan kaligrafi yang dipamerkan dapat menyentuh nilai-nilai kemanusiaan dan kebajikan. Acara itu juga dihadiri Sekjen DPP PPP Irgan Chairul Mahfiz, Ketua DPP Hasrul Azwar dan Ahmad Ferial, Usamah Al-Hadar dan sejumlah anggota DPP PPP lainnya. Lukisan Baitullah Lelang lukisan Baitullah karya Firdaus Alamhudi senilai Rp30 juta diberikan kepada Ahmad Ferial sebagai penawar tertinggi. Sedangkan lukisan Fi Sabilillah senilai Rp25 juta diberikan kepada Habil Marati dan Emron Pangkapi. Ketua DPP PPP Ahmad Ferial mendukung digelarnya lelang amal lukisan kaligrafi untuk pengumpulan dana bagi warga yang tertimpa bencana alam. Digelarnya kegiatan ini setidaknya bisa membantu saudara-saudara kita yang terkena musibah, kata Ferial. Lelang amal yang digelar 1-10 Oktober mendatang atas kerjasama DPP PPP dan Perhimpunan Masyarakat Pesantren Indonesia (PMPI). Diharapkan lelang lukisan kaligrafi bisa mengumpulkan dana sebanyak mungkin. Pada kesempatan itu Joko Mujiono dari manajemen Mall Artha Gading memberikan bingkisan kepada Suryadharma Ali, Irgan Chairul Mahfiz, Hazrul Azwar, Rahman Yacob, Ermalena, Guritno Kusomo, Usamah Al Hadar, Taufikul Hadi dan Musa Ichwan Shah. Saya mewakili manajemen Artha Gading mengucapkan terimakasih atas kerjasamanya serta terselenggaranya lelang amal lukisan untuk pengumpulan dana bagi korban yang terkena musibah, ujarnya. Hari ini, Selasa (2/10) sore, lelang amal lukisan akan dihadiri oleh Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dan sejumlah pejabat tinggi negara. (kh)
Sumber:
60 Karya Kaligrafi Ramaikan Maulid di Mal
Jakarta Islamic Centre
BERITAJAKARTA.COM — Untuk kali pertama di Jakarta, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dilaksanakan di pusat perbelanjaan. Di Jakarta Utara perayaan Maulid di gelar di Atrium Emporium Pluit Mall. Bahkan, dalam perayaan tersebut juga digelar pameran 60 karya kaligrafi hasil 50 seniman dari berbagai daerah.
Perayaan maulid serta pameran kaligrafi ini dibuka langsung Walikota Jakarta Utara Bambang Sugiyono, Rabu (1/4).
Walikota Jakarta Utara mengatakan, untuk pertamakalinya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di gelar di pusat perbelanjaan. Karenanya walikota juga mengusulkan peringatan Maulid ini bisa masuk dalam Museum rekor Indonesia (MURI). “Kalau peringatan Maulid yang dilakukan di majelis taklim, musholah dan masjid sudah biasa, tapi kali ini di mal yang diwarnai dengan festival kaligrafi dan ini baru pertama kali,” ujarnya terkagum-kagum, ketika memberikan sambutan peresmian festival kaligrafi yang berlangsung 31 Maret-5 April.
Menurut Bambang yang menggoreskan kanvas sebagai tanda dimulainya festival kaligrafi Islam, seharusnya dalam acara peringatan maulid di mal ini juga diberikan MURI. Ia menambahkan, Atrium Emporium Pluit Mall yang baru dua bulan diresmikan tersebut, diharapkan bisa meramaikan pusat pertokoan yang berada di lingkungan mall. Apalagi, lanjut Bambang, saat ini sudah diisi dengan festival kaligrafi.
Kepada puluhan peserta kaligrafi yang terlibat dalam festival ini, Bambang menyatakan, kegiatan ini bisa memberi dampak bagus. Untuk itu, para peserta kaligrafi yang memiliki jiwa seni agar terus meningkatkan kemampuannya dengan terobosan-terobosan baru dan tidak monoton. “Di samping itu, seni Islam juga merupakan ibadah yang dapat dinikmati semua orang, sekaligus menambah penghasilan bagi penjual kaligrafi,” ujar Bambang didampingi Camat Penjaringan Syahril Suwarno.
Sementara itu, Kasudin Pariwisata Jakarta Utara, Netty Herawati mengungkapkan, festival kaligrafi dalam rangka menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW itu, diikuti 50 seniman kaligrafi yang dikoordinir perupa kaligrafi dari Jakarta Utara yaitu Abdul Ghani.
Sementara, seniman kaligrafi Abdul Ghani mengaku, acara ini sekaligus untuk memperkenalkan hasil karya seniman. Seluruh karya yang dipamerkan, dijual dengan kisaran Rp 700 ribu-Rp 45 juta. Bicara penulisan kaligrafi Abdul Ghani mengaku tidak mudah dalam melakukannya. Untuk melakukan penulisan kaligrafi dikatakan Abdul Gani tergantung dari suasana hati. ”Kadang baru setahun kaligrafi selesai dan bisa juga hanya dalam beberapa menit,” ungkapnya.
Beberapa kaligrafi yang dipamerkan diantaranya berjudul Keris karya Robert Nassullah dari Balik Papan, kemudian Dilema Pembebasan karya Choiruddin asal Yogya, kemudian Fisabilillah karya Syaiful Adnan dari Padang. Sedangkan karya Abdul Ghani yang ikut dipamerkan diantaranya, yang berjudul Kekuasaan Allah dan Al-Dzikro.
Festival Kaligrafi Islam Ditutup
Selasa, 07 April 2009 08:54
FESTIVAL Kaligrafi Islam 2009 yang digelar dalam rangka memperingati Maulid Nabi di Atrium Emporium Pluit Mall sejak 31 Maret lalu, ditutup hari ini, Selasa (7/4). Festival tersebut bekerja sama dengan Suku Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara dan dibuka oleh Walikota Jakarta Utara H Bambang Sugiyono.
Acara tersebut disambut hangat oleh penggemar kaligrafi dari berbagai daerah. Dalam festival tersebut juga hadir pelukis-pelukis kaligrafi yang sengaja datang untuk menggelar karya-karya terbaiknya dari berbagai aliran. Lukisan kaligrafi yang ditampilkan dijual dengan harga 10 hingga 90 juta.
Saat pembukaan, Bambang berharap acara ini dapat menjadi semangat bagi pekerja seni. Pasalnya festival semacam ini merupakan penghargaan bagi para pelukis atau seni kaligrafi. Selain itu, Bambang juga berharap acara tersebut bisa membawa pengaruh positif bagi pengunjung.
“Semoga acara ini dapat menjadi stimulus bagi para pekerja seni untuk terus meningkatkan kualitas dan kemampuan di bidang yang ditekuninya. Jika acara seperti ini sering diselenggarakan, bisa menjadi trend dan gaya hidup masyarakat. Hal ini bisa mengajak masyarakat ke dunia yang sangat islami, karena seni merupakan media efektif untuk menjadi propaganda dalam melawan pengaruh budaya asing,” katanya.
Untuk memeriahkan acara tersebut, panitia juga menampilkan musik Qasidah modern, rebana, ketimpring, dan tarian bernuansa Islam lainnya. O cha
Bikin Kaligrafi Arab Dengan Corel Draw
Dulu, sewaktu masih sekolah menengah, pernah ikut lomba menggambar kaligrafi Arab di kantor kepala desa Sidoagung, Godean. Nggak nyangka, dapet juara ke 2. Salah satu hadiahnya adalah buku panduan menulis kaligrafi Arab dalam aliran Riq’ah. Sejak itu, jadi tertarik untuk belajar menulis kaligrafi Arab secara benar. Pena yang digunakan, hanya sumpit berbahan bambu yang ujungnya dipotong pipih miring. Ujung pena itu dicelupkan ke tinta bak (dulu nyebutnya tinta cina) dahulu, baru digunakan untuk menulis. Pertama kali belajar menulis dengan cara itu, rasanya sulit betul untuk melenggak-lenggokkan ujung pena agar dapat membentuk karakter huruf Hijaiyah (huruf Arab) sesuai dengan pakemnya. Yang paling susah adalah menarik garis lurus sambil memutar ujung pena untuk membentuk ujung/ekor huruf yang datar meruncing. Biarpun lama - lama jari dan pergelangan tangan bisa juga bergerak sedikit luwes, sampai sekarang tetap merasa susah untuk membentuk ujung huruf yang datar meruncing. Ni tangan dah kebanyakan dosa ‘kali ya.. Meski begitu, sempat juga mempelajari 3 aliran penulisan kaligrafi Arab (Riq’ah, Diiwani, Tsulutsi) meskipun nggak dalem - dalem amat. Setidak - tidaknya, kalau di suatu tempat menjumpai hiasan kaligrafi Arab yang ditulis dengan pakem tersebut, saya bisa langsung mengenalinya.
Ketika pada pertengahan tahun 2002 saya mulai mengenal komputer dan menemukan salah satu tool dalam Corel Draw yang dapat digunakan untuk membuat kaligrafi (calligrapher pen tool), maka saya pun coba - coba membuat kaligrafi Arab dengan menggunakan tool tersebut. Tapi, ternyata ada manuver pen yang tidak dapat saya lakukan, yaitu menggores sambil memutar ujung pen untuk membentuk ekor huruf yang meruncing. Jadi, terpaksa harus mengedit - edit dengan curve editor tool. Meski begitu, hasilnya (menurut saya) lumayan juga. Bahkan membuat kaligrafi dengan cara ini punya kelebihan yang menyenangkan, susunan / penataan huruf - hurufnya dapat diatur ulang sekehendak kita sehingga dengan satu kali penulisan kaligrafi, kita dapat menghasilkan beberapa bentuk susunan huruf.
Inilah salah satu hasil utak utik saya, masih dalam format file .cdr. ‘Kali aja ada yang butuh untuk bulan depan :
Download: Beberapa hasil dari latihan [lagi] saya, bisa dilihat atau [kalau mau] diunduh di sini
Pengembangan Kaligrafi untuk Optimalisasi Peranan Bahasa, Sastra dan Budaya Arab
Oleh: Amri Yahya
Artikel di Jurnal Humaniora Volume XIII, No. 2/2001
Abstrak:
Salah satu gejala penting sepanjang sejarah persebaran kebudayaan Arab di seluruh permukaan bumi ialah pemunculan kaligrafi Arab yang sangat kuat dalam lingkungan kebudayaan bumiputera. Hal ini dapat ditemukan pada berbagai wilayah, dengan berbagai versi, dan dengan aneka cara penerapan. Gejala kaligrafi tersebut —bersamaan dengan unsur-unsur lain peradaban— menghantarkan kebudayaan Arab menjadi suatu yang tidak asing bagi masyarakat setempat (Bukchardt, 1976: 40). Di Indonesia, gejala itu telah muncul sejak masa yang sangat awal dan selanjutnya terlihat pada hampir setiap objek, baik yang berkaitan langsung dengan keilmuan seperti perangkat tulis baca maupun pada benda dan bangunan yang menunjang peribadatan. Bahkan, kaligrafi telah dijadikan sebagai simbol diri seperti tanda tangan, dan subject matter yang menyertai berbagai ornamen yang terpahat pada batu nisan (Sijelmessi, 1976; Gallop, 1991; Ali, 1994).
Eksistensi kaligrafi yang kuat itu, pada penghujung abad ke-20, diperluas pula dengan kehadirannya dalam khazanah kesenirupaan kontemporer (Dan Soewarjono, 1980:2) sehingga menjadikan unsur kebudayaan Arab yang satu ini memperoleh jalan perkembangan dan masa depan yang baru. Kaligrafi Arab, dalam konteks kesenirupaan telah merebut apresian yang cukup luas sehingga dipelihara, terutama oleh masyarakat pengguna aksara bersangkutan, yang pada umumnya adalah kaum muslimin. Akan tetapi, agar tidak berhenti di tengah jalan, gejala positif ini perlu ditopang oleh dukungan yang melibatkan berbagai pihak secara komprehensif.
Langganan:
Postingan (Atom)
Loading...
